Media merupakan penyampaian info yang masal dan cepat, hal ini menjadi salah satu faktor pembentuk pola pikir masyarakat yang signifikan namun tidak terasa. Sering kita jumpai ketika tayangan yang lagi trend di TV membuat masyarakat terpengaruh dan secara sadar ataupun tidak sadar meniru tayangan yang ada di TV. Semua yang ada di TV seolah-olah menjadi mimpi yang harus dikejar dan hal baik yang harus di tiru. Namun paradigma tersebut sebagian salah. Mungkin dengan maksud hiburan beberapa acara di kemas semenarik mungkin untuk membuat rating acara tinggi dan mengesampingkan dampak panjang terhadap moral dan budaya bangsa. Duh, jadi melebar. hehehe...
Kembali ke judul artikel. Musik merupakan salah satu seni yang tingkatnya sederhana sampai ke tingkat seni yang sangat kompleks. Refrensi musik, dan awal kita mendengar musik sangat lah sejak dini. bahkan ketika manusia berada dalam kandungan musik sudah mulai diperdengarkan. Apalagi di jaman modern seperti saat ini, mendengar musik adalah salah satu cara merefresh otak atau keadaan emosi seseorang dengan harga yang sangat murah. Beberapa media tak henti memutarkan musik dan sejak manusia masih balita pun musik di media yang mempengaruhi perkembangan mereka dibawah alam sadar mereka. Hal tersebut mengakibatkan daya tarik seseorang untuk mengetahui dan menyukai musik yang didengar mereka melalui media tersebut. Bahkan sebagian orang malah terobsesi untuk menjadi musisi dan mengikuti idola mereka. Dan disini banyak ditemukan jenis-jenis ketertarikan manusia terhadap musik, apakah hanya sebatas penikmat musik, hanya mempunyai hobi bermusik, ingin populer, ingin berprofesi sebagai musisi atau bahkan terlalu terobsesi untuk menjadi jenis-jenis tersebut sehingga muncul penyakit kejiwaan yang mereka rasa hal yang normal namun melebihi batasan.
Termasuk ke golongan manakah kalian?
Pengalaman pribadi saya tentang musik mungkin hanya sedikit, namun karena keberuntungan saya banyak pengalaman tentang musik. Disini saya kembali shering kepada pembaca mengenai pengalaman saya tentang pelajaran yang saya terima dari hidup saya dan sampai detik ini pun mungkin jika saya kembali mendengar musik yang saya suka penyakit saya akan kambuh dan obsesi yang sedikit demi sedikit saya redam akan kembali datang. Saya tidak lihai memegang alat musik, namun karena saya ketahigan ketika merasakan atmosfir manggung terkadang sulit untuk menahan agar saya tidak lagi terjerumus ke jurang bermusik. hehehe...
Kecanduan dan terus dengan otomatis memotivasi diri agar berusaha mencapai obsesi tersebut, andai bisa memilih lebih baik menjadi penikmat musik dari pada memiliki penyakit kejiwaan bermusik. Secara batin merasa senang dan bahagia, namun secara tidak sadar banyak waktu yang overload (melebihi batas) dalam bermusik. Harapan itu perlu namun alangkah baiknya tidak terlalu melebihi batas, dari hal yang menyenangkan dan sangat menyedihkan bisa didapatkan dari hidup bermusik. Dari mendapatkan pencapaian yang tinggi di bidang musik, populer, sampai memiliki materi yang berlimpah bisa didapatkan dari hidup bermusik. Dan di momen-momen buruknya sering dijumpai pula, seperti kabur dari rumah, waktu tenaga dan materi yang terlalu banyak dihabiskan untuk bermusik, sampai dengan kehilangan sahabat karena sama-sama memiliki obsesi bermusik namun memiliki tekanan yang lebih sehingga sampai sahabat saya menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit dan beban hidupnya. Sejak saat itu saya mulai menentukan arah mengenai musik di hidup saya. Hati-hati, terkadang tampak sepele tapi berdampak besar dalam hidup.
Kembali ke judul artikel. Musik merupakan salah satu seni yang tingkatnya sederhana sampai ke tingkat seni yang sangat kompleks. Refrensi musik, dan awal kita mendengar musik sangat lah sejak dini. bahkan ketika manusia berada dalam kandungan musik sudah mulai diperdengarkan. Apalagi di jaman modern seperti saat ini, mendengar musik adalah salah satu cara merefresh otak atau keadaan emosi seseorang dengan harga yang sangat murah. Beberapa media tak henti memutarkan musik dan sejak manusia masih balita pun musik di media yang mempengaruhi perkembangan mereka dibawah alam sadar mereka. Hal tersebut mengakibatkan daya tarik seseorang untuk mengetahui dan menyukai musik yang didengar mereka melalui media tersebut. Bahkan sebagian orang malah terobsesi untuk menjadi musisi dan mengikuti idola mereka. Dan disini banyak ditemukan jenis-jenis ketertarikan manusia terhadap musik, apakah hanya sebatas penikmat musik, hanya mempunyai hobi bermusik, ingin populer, ingin berprofesi sebagai musisi atau bahkan terlalu terobsesi untuk menjadi jenis-jenis tersebut sehingga muncul penyakit kejiwaan yang mereka rasa hal yang normal namun melebihi batasan.
Termasuk ke golongan manakah kalian?
Pengalaman pribadi saya tentang musik mungkin hanya sedikit, namun karena keberuntungan saya banyak pengalaman tentang musik. Disini saya kembali shering kepada pembaca mengenai pengalaman saya tentang pelajaran yang saya terima dari hidup saya dan sampai detik ini pun mungkin jika saya kembali mendengar musik yang saya suka penyakit saya akan kambuh dan obsesi yang sedikit demi sedikit saya redam akan kembali datang. Saya tidak lihai memegang alat musik, namun karena saya ketahigan ketika merasakan atmosfir manggung terkadang sulit untuk menahan agar saya tidak lagi terjerumus ke jurang bermusik. hehehe...
Kecanduan dan terus dengan otomatis memotivasi diri agar berusaha mencapai obsesi tersebut, andai bisa memilih lebih baik menjadi penikmat musik dari pada memiliki penyakit kejiwaan bermusik. Secara batin merasa senang dan bahagia, namun secara tidak sadar banyak waktu yang overload (melebihi batas) dalam bermusik. Harapan itu perlu namun alangkah baiknya tidak terlalu melebihi batas, dari hal yang menyenangkan dan sangat menyedihkan bisa didapatkan dari hidup bermusik. Dari mendapatkan pencapaian yang tinggi di bidang musik, populer, sampai memiliki materi yang berlimpah bisa didapatkan dari hidup bermusik. Dan di momen-momen buruknya sering dijumpai pula, seperti kabur dari rumah, waktu tenaga dan materi yang terlalu banyak dihabiskan untuk bermusik, sampai dengan kehilangan sahabat karena sama-sama memiliki obsesi bermusik namun memiliki tekanan yang lebih sehingga sampai sahabat saya menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit dan beban hidupnya. Sejak saat itu saya mulai menentukan arah mengenai musik di hidup saya. Hati-hati, terkadang tampak sepele tapi berdampak besar dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar